LOW RISK INVESTATION

Senin, 31 Agustus 2009

Organizational structure in Schools

Sebuah Terjemahan 'Organizational structure in Schools'

PENGABAIAN TERHADAP ORGANISASI INFORMAL
Model oragnisasi Weberian juga telah dikritik karena menhilangkan struktur informal. Dinamika kehidupan berorganisasi hanya dapat dipakai jika, seseorang tidak hanyamemperhatikan struktur formal organisasi tersebut tetapi juga memperhatikan peraturan-peraturannya, berkelompok, dan sistem sanksi yang tidak resmi. Pearturan, norma, kepala dan kelompok informal ini secara spontanitas melebur menjadi satu hasil dari interaksi masing-masing individu di organisasi. Interaksi ini menghasilkan struktur sosial dan budaya informal yang mempengaruhi tingkah laku anggota organisasi.
Akibat adanya interaksi informal dalam organisasi formal adalah interaksi tersebut bisa bersifat membangun atau merusak. Charles Page’s (1946) menyatakan bahwa struktur informal, peraturan dan prosedur dimungkinkan mempunyai efek negatif atau positif. Dia beranggapan bahwa banyak masalah serius dipecahkan dengan cara-cara formal tidak terjadi adanya komunikasi atau solusi yang efisien. Bahkan denganadanya sturktur informal itu penting. Contoh: Page mengobservasi bahwa komunikasi yang sifatnya resmi itu harus melalui apa yang disebut ”chain of command (rantai perintah0” yang seringnya memerlukan proses yang panjang. Ini berarti bahwa organisasi informal merupakan alat yang penting untuk menerapkan tujuan-tujuan organisasi yang sifatnya rumit.
Lurance Iannaccone’s (1962) study of school mendukung pentingnya organisasi informal. Dia menambahkan bahwa organisasi informal dapt digunakn sebagai guide untuk memperbaiki organisasi formal.
Keberadaan organisasi informal bukanlah musuh yang harus dimusnahkan, tetapi sebaliknya bisa dijadikan kendaraan untuk meningkatkan efisiensi. Jadi tidak masuk akal apabila menata organisasi formal seperti sekolah tetapi mengesampingkan aspek-aspek organisasi informal (Bleun, 1956). Secara teori, praktek administrasi akan baik dikembangkan dengan kedua komponen yakni formal (yang bersifat rasional) dan informal (yang tidak rasional).

STRUKTUR GANDA MODEL BIROKRASI
Kritik yang sring ditujukan kepada model Weberian adalah kontradiksi internal diantara prinsip-prinsip birokrasi tertentu suatuorganisasi. Menurut Weber, kharakteristik ideal organisasi adalah bersifat konsisten dan efisien secara maksimal. Namun menurut analisa: kenyataannnya fungsi organisasi tidak dapat terlaksana dengan baik. Talcott Parsons (1947, 58-64) dan Gouldner (1954, 21-24) mempertanyakn apakah prinsip yang dijadikanpegangan birokrasi itu adlah otoritas yang berdasarkan kepada kompetensi teknis dan pengetahuan tau otoritas yang berdasrkan kekuasaan legal dan disiplin. Weber (1947, 339) beranggapan bahwa ’administrasi birokrasi merupakan latihan mengontrol sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Selanjutnya dia mengatakan ” disiplin adalah perintah yang dijalankan secara rasional konsisten, terlatih dan dengan tindakan yang tepat/jelas dimana kritik yang bersifat pribadi tidak tertahan tanpa syarat dan pelakunya dengan teguh dan semata-mata hanya melaksanakn perintah.”
Weber mengungkapakan akan pentingnya disiplin dan keahlian (expertise). Apakah administrasi birokrasi itu berdasar kepada keahlian ataukah disiplin yang disertai dengan petunjuk-petunjuk? Kecuali ada orang yang berasumsi bahwa tidak akan ada konflik antara pemberi perintah (authority) yangberdasarkan pada ’kemampuan dan keahlian teknis’ dan yang berdasarkan pada ’jabatan di posisi hirarkis.’ Inilah dua dasar otoritas yang menjadi konflik dan kontradiksi di dalam model Weberian.
Blau and Scott’s (1962) menganalisa keberadaan kedua model weberian: mereka menyimpulkan nahwa Weber gagl dalam membedakan antara prinsip-prinsip disiplin dan profesional. Mereka menyebutkan bahwa disiplin yang birokrasi dan keahlian yang profesional adalah metode alternatif dalam hubungannya dengan ketidakpastian. Disiplin mengurangi bidang-bidang yang tidak pasti, sementara keahlian mempunyai pengetahuan untuk mengetahui ketidakpastian tersebut. iNti msalahnya adalah karena kalangan profesional sering menjadi pegawai organisasi birokrasi. Disinilah disiplin dan kehalian sering tercampur, sehingga menimbulkan konflik dan ketegangan. Contoh seorang kepala sekolah, apakah otoritasnya berada dalam kantor birokrai ataukah keahlian profesional?

STRUKTUR MEKANISTIK DAN ORGANIK
Ilmuwan Inggris, Tom Burns dan g.M Stalker (1961) memperkenalkan ’organisasi organik dan meknistik’ untuk membedakan antara struktur birokrasi dengan yang bukan birokrasi. Organisasi mekanistik pada hakekatnya sama seperti konsep Weber tentang birokrasi. Struktur organik bersifat tidak formal dan lebih tidak tersetruktur. Keduannya lebih fleksibel tetapi juga membingungkan.

Karakteristik Struktur Mekanistik dan Organik

Struktur Mekanistik Struktur Organik
Pembagian pekerja dan spesialisasinya tinggi. Pembagian pekerjanya rendah; jika diperlukan setiap individu bisa kontribusi.
Koordinasi yang bersifat hirarki dalam pemberian perintah (authority), (formal dan tidak bersifat personal). Koordinasi dengan cara saling menyesuaikan (mutual adjustment), (informal dan personal).
Peraturan sudah ditetapkan Berbagi tanggung-jawab (sedikit aturan)
Bertanggung jawab dn komitmen kepada satu pekerjaan / peran. Bertanggung jawab dan komitmen terhadap organisasi sebagai satu kesatuan.
Kontrol dan komunikasi yang hirarki. Struktur jaringan dengan menekankan kepada tujuan secara umum.
Pengetahuan dan kekuasaan terkonsetrasi pada jajaran tinggi hirarki (high centralisation). Pengetahuan dan kekuasaannya tersebar, menciptakan beragam otoritas sentral (low centralization).
Komunikasi bersifat formal; antara atasan dan bawahan (vertical and directive). Komunikasi tidak formal, umumnya horisontal, bersifat konsultasi dan nasehat.
Memaksakan disiplin yang harus dipatuhi. Berkomitmen dalam pencapaian organisasi; yang dilaksanakan dengan patuh dan loyal.

Intinya adalah tidak memilih konfigurasi struktur mana yang terbaik, tetapi lebih kepada menggunakan perbedaan-perbedaan yang ada untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan di masing-masing struktur. Burns dan Stalker (1961) menghipotesa bahwa organisasi organik akan lebih baik dilaksanakan apabila dalam suatu organisasi yang memerlukan perubahan-perubahan cepat, dan Organisasi mekanistik akan lebih baik apabila dilaksanakan dalam organisasi yang stabil. Tetapi hal itupun tidak sesederhana itu dalam pelaksanaannya. Dalam sssstruktur organik terdapat peran-peran yang kadang membingungkan dan sering menimbulkan kesulitan-kesulitan besar suatu organisasi. Lebih dari itu, struktur mekanistik sebenarnya dapat berinvasi dan melakukan perubahan, khususnya di lingkup manajemen.


STRUKTUR FORMAL DI SEKOLAH
Sekolah sebagai organisasi formal mempunyai banyak kesamaan cirikhas dengan organisasi birokrasi. Cirikhas-cirikha itu diantaranya; menerapkan banyak strategi militer, industri, dan agen-agen pemerintahan, Max Abbort (1965, 45).
Model birokrasi adalah model yang paling banyak diadopsi oleh administrator sekolah dan ini menjelaskan mengapa model tersebut digunakan untuk menganalisa tingkah-laku (behavior) di sekolah.
Asumsi dasar suatu birokrasi adalah bahwa setiap pegawai tingkat bawah mempunyai lebih sedikit kemampuan teknis daripada atasannya. Tetai asumsi ini tidak berlaku atau tidak bisa diterapkan di sekolah atau di organisasi profesional lainnya. Sebaliknya, para profesional sering memiliki kompetensi atau kemampuan teknis yang lebih baik daripada administrator yang menduduki level yang lebih tinggi di organisasi tersebut.

HALL’S APPROACH
Salah satu cara yang paling sistematik untuk mengukur birokrasi adalah pendekatan Hall (1963) tentang perkembangan inventori organisasi,yaitu untuk mengukur 6 karakteristik utama suatu struktur birokrasi. D. A. Mackey (1964) kemudian mengadopsi dan memodifikasi inventori organisasi dalam penelitiannya tentang birokrasi sekolah. Dia mengukur pola-pola birokrasi di sekolah dengan menggunakan the School Organizational Inventory (SOI) berikut ini:
1. Skala Hirarki Skala Otoritas (Hierarchy of Authority Scale)
Anggota staf sekolah ini selalu memperoleh perintah-perintah dari atasan mereka. ”Saya harus bertanya kepada kepala sekolah sebelum saya melaksanakan semua pekerjaan.”
2. Skala Khusus (Specialization Scale)
Program instruksi dibagi-bagi ke dalam wilayah kerja khusus sesuai dengan tugas khusus guru.
3. Skala Peraturan (Rules Scale)
Para guru secara konstan diawasi apakah mereka melanggar aturan-aturan sekolah. Sekolah mempunyai buku yang berisi peraturan-peraturan yang harus diikuti guru.
4. Skala Spesifik Prosedural (Procedural Specification Scale)
Kami harus mengikuti prosedur operasional yang keras sepanjang waktu. Prosedur yang sama harus diikuti dalam situasi apapun.
5. Skala Umum (Impersonality Scale)
Tidak jadi masalah seberapa besar problem siswa atau orang-tua, mereka ahrus diperlakukan sama dengan yang lainnya. ”kami diharapkan untuk lebih ramah, ketika berhubungan dengan orang-tua.”
6. Skala Kemampuan Teknis (Technical Competence Scale)
Promosi jabatan didasarkan pada seberapa bagus anda. Pengalaman mengajar berperan penting dalam penugasan seorang guru di sekolah.

Di sekolah, seperti jenis-jenis organisasi yang lain, komponen-komponen tipe ideal Weber tidak perlu membentuk satu perangkat yang saling berhubungan diantara variabel. Namun sebaliknya, mereka seperti dua tipe berbeda dari suatu organisasi rasional. Seperti yang terangkum dalam table di bawah ini:

Karakteristik Organisasi Pola Organisasi

Hierarchy of Authority Birokrasi
Rules of Incumbents
Procedural Specification
Impersonality

Technical Competence Profesional
Specialization

Perbedaan keduanya terletak pada potensi konflik diantara otoritas yang didasarkan kepada kompetensi teknis dan kemampuan dan yang didasarkan kepada pemegangan aturan di hirarki, dan potensi ketidaktepatan antara profesionalitas dan birokrasi. Untuk menyatukan pola birokrasi dan profesional dalam satu model birokrasi nampaknya mengaburkan perbedaan-perbedaan penting diantara sekolah-sekolah. Memisahkan dua pola yaitu organisasi rasional dan administrasi memungkinkan untuk menemukan sejumlah kombinasi dua pola. Contoh, jika setiap pola dikotomikan, maka dimungkinkan akan ada empat tipe organisasi.

Tipe I (Weberian). Di Organisasi sekolah, profesionalitas dan birokrasi adalah saling melengkapi. Keduanya sama-sama tinggi. Pola ini mirip dengan tipe ideal yang dijelaskan oleh Weber, olehkarenanya kita menyebutnya ’Weberian Structure.”
Tipe II (authoritarian) Organisasi yang tingkat karakteristik birokrasinya tinggi dan tingkat profesionalitasnya rendah. Oleh karenanya, di sini otoritas didasarkan pada posisi hirarki sangat ditekankan. Menjalankan disiplin sesuai dengan peraturan menjadi prinsip dasar kerja. Di tipe ini menekankan kekuasaan yang bergerak dari atas ke bawah.
Tipe III (professional) Organisasi ini menekankan pembuatan keputusan bersama antara administrator dan staf profesional. Anggota staf dipandang sebagai profesional yang mempunyai kemampuan dan kompetensi untuk membuat keputusan penting organisasi. Peraturan dan prosedur berfungsi sebagai guide/pegangan ketimbang sebagai format keras yang harus dijalankan bersama-sama. Di sini guru mempunyai kekuasaan yang besar dalam proses membuat keputusan organisasi. Singkatnya, keputusan-keputusan dibuat oleh orang yang punya pengetahuan dan punya kemampuan untuk membuatnya.
Tipe IV (chaotic) organisasi tipe ini mempunyai tingkat birokrasi dan profesionalitas rendah; olehkarenanya, kebingungan dan konflik sudah menjadi tipe dalam operasional sehari-hari. Tidak konsisten, kontradiksi, dan ketidak-efektifan mungkin meliputi struktur chaotic ini.

Typologi ini mensuguhkan empat sruktur sekolah yang cukup berbeda dan mungkin juga mempunyai konsekuensi berbeda pula bagi guru dan muridnya. Henry Koleser (1967) menemukan bahwa ketidakmampuan siswa sangat tinggi di authoritarian daripada di struktur sekolah yang profesional. Geoffrey Isherwood dan Wayne K. Hoy (1973) juga menemukan hal yang sama bagi guru di dua tipe sekolah yang berbeda. Rasa ketidakmampuan guru lebih besar di authoritarian daripada di struktur profesional. Akan tetapi guru yang berorentasi kepada sosial dan organisasi (yaitu guru yang membuktikan/menunjukkan dirinya berturut-turut dengan nilai-nilai dan goal organisasi, keluarga dan teman) mempunyai kemampuan (power) yang lebih besar di struktur authoritarian dari pada guru yang berorentasi profesionalitas. Gerald H. Moellar dan W. W. Charters (1966) menemukan bahwa guru yang berada di sistem birokrasi tinggi mempunyai kekuasaan (power) yang lebih tinggi dari pada guru yang berada di sistem yang birokrasinya rendah.
Klasifikasi struktur sekolah ke dalam empat tipe struktural ini nampaknya memberi manfaat; kenyataannya, tipelogi ini dapat berfungsi sebagai dasar teori untuk mengembangkan sekolah.

--&&--